29.1 C
Jakarta
Thursday, May 15, 2025
Image default
Berita Terkini

Efek Tarif 32 Persen AS Era Donald Trump, Indonesia Dibidik Jadi Pasar Tekstil Alternatif

Suarabijak.com – Langkah Presiden Donald Trump menaikkan tarif dagang AS terhadap puluhan negara, termasuk Indonesia, bikin industri tekstil Tanah Air mulai was-was. Bagaimana tidak, kebijakan ini bisa bikin produk tekstil dari China, India, hingga Vietnam tumpah ruah ke pasar domestik gara-gara mereka kehilangan pasar utama di Amerika.

Imbas dari perang dagang global ini, produk-produk tekstil dari negara-negara besar itu akan mencari tempat pelampiasan ekspor baru. Dan sayangnya, Indonesia disebut-sebut jadi salah satu target potensial.

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Jemmy Kartiwa Sastraatmaja, menyebut kondisi ini sebagai ancaman serius bagi industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional.

“Kami meminta pemerintah mengeluarkan kebijakan segera dalam rangka perlindungan industri dalam negeri melalui perlindungan pasar dari serbuan produk impor,” kata Jemmy dalam konferensi pers bersama APSYFI, Minggu (6/4/2025).

Lebih lanjut, Jemmy menegaskan pentingnya mempertahankan kebijakan impor berbasis persetujuan teknis serta Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Menurutnya, kebijakan ini tidak ada hubungannya dengan ekspor ke AS dan justru penting untuk menjaga produksi dalam negeri tetap hidup.

“Pemerintah perlu merespons perang tarif dengan kebijakan tarif juga, bukan malah mengalihkan fokus ke isu NTM atau NTB. Industri padat karya seperti TPT ini sangat penting untuk penyerapan tenaga kerja dan daya beli masyarakat,” ujarnya.

Menariknya, ekspor ke AS sebenarnya masih bisa dilakukan tanpa terlalu terbebani tarif, asalkan Indonesia memenuhi syarat khusus dari Washington. Jemmy menyebutkan, “Kita masih bisa nikmati tarif rendah ke AS kalau minimal 20% bahan bakunya berasal dari sana. Dan karena AS nggak bisa suplai benang atau kain, kita bisa lebih banyak pakai kapas mereka.”

Ia menjelaskan bahwa kapas dari Amerika bisa dikombinasikan dengan serat polyester dan rayon lokal, yang kemudian diproses di dalam negeri. Strategi ini diyakini bisa memperkuat industri TPT nasional dari hulu sampai hilir, sekaligus mengurangi ketergantungan pada barang jadi impor.

Namun realitanya, saat ini Indonesia masih mengimpor produk tekstil jadi seperti benang, kain, hingga pakaian jadi dari China senilai US$ 6,5 miliar, padahal kapas dari AS yang digunakan hanya sekitar US$ 600 juta. Ketimpangan inilah yang dituding sebagai salah satu penyebab rendahnya tingkat utilisasi mesin industri tekstil yang kini cuma jalan 45%.

“Karena itu kami mendorong pemerintah melakukan negosiasi reciprocal dengan AS agar kita bisa lebih banyak impor kapas, sekaligus mengurangi produk-produk yang justru bisa kita produksi sendiri di dalam negeri,” ujar Jemmy.

Dengan tensi perang dagang global yang masih membara, bola kini ada di tangan pemerintah: bertindak cepat, atau industri tekstil lokal makin terpuruk.

Related posts

Perkuat Keamanan Siber: Belajar dari Insiden Serangan PDNS 2, Langkah Lanjutan Transformasi Digital Indonesia

Geralda Talitha

Menyambut Penuh Makna: Rahasia Sukses Memeriahkan #TahunBaruIslam1446H dengan Keluarga Anda!

Geralda Talitha

Kado Spesial untuk Buruh, 100 Kunci Rumah Subsidi Dibagikan Menteri PKP di Hari Buruh

Geralda Talitha

Leave a Comment