26.4 C
Jakarta
Monday, Jan 20, 2025
Image default
Berita Terkini

#stopbullydisekolah Menyoal Apa Penyebab Bully di Sekolah Bisa Terjadi, Ternyata Bisa Dipicu Sederet Hal Ini

Jakarta, Suarabijak.com – #Stopbullydisekolah harus gencar dilakukan pihak sekolah mengingat belakangan kasus pembullyan yang dilakukan oleh sejumlah siswa di salah satu sekolah yang berada di kawasan, Serpong, Tangerang, menjadi sorotan publik.

Kasus bullying di sekolah itu semakin viral, lantaran salah satu pelakunya disebut-sebut dilakukan oleh anak seorang selebriti terkenal, yakni Vincent Rompies.

Dalam kasus tersebut, disebutkan bahwa anak Vincent Rompies bersama teman-teman satu geng di sekolahnya meakukan pembullyan terhadap temannya yang lain.

Bahkan aksi perundungan itu pun di rekam oleh siswa lainnya hingga akhirnya viral tersebar di dunia maya. Imbas aksi perundungan yang dilakukan bersama sejumlah temannya itu, anak Vincent kini telah dikeluarkan dari sekolahnya bersama para pelaku lainnya.

Bahkan siswa yang hanya menonton aksi itu juga mendapat sanksi Drop Out dari pihak sekolah atas kasus bullying ini.

Berkaca dari kasus tersebut, #stopbullydisekolah harus menjadi perhatian khusus oleh para guru, agar kejadian serupa tak terulang kembali.

Melihat ramainya kembali kasus bullying di sekolah, sebenarnya apa, ya, yang menyebabkan tindakan tak terpuji ini pada akhirnya dilakukan?

Untuk mengetahui jawabannya, mari kita simak penjelasan lengkap tentang penyebab bully di sekolah yang bisa terjadi berikut ini:

Penyebab Bully di Sekolah

1. Kultur Sekolah yang Tidak Menghargai Perbedaan: Salah satu penyebab utama bullying adalah adanya kultur sekolah yang tidak menghargai perbedaan. Di lingkungan yang tidak inklusif, siswa yang berbeda dari norma yang ada sering menjadi sasaran intimidasi dan ejekan.

2. Kurangnya Kesadaran dan Pendidikan tentang Bullying: Kurangnya pemahaman tentang apa itu bullying dan dampaknya yang merugikan juga dapat menjadi penyebab terjadinya bullying di sekolah. Siswa yang tidak tahu bahwa perilaku mereka dianggap sebagai bullying mungkin melanjutkan tindakan mereka tanpa menyadari konsekuensinya.

3. Ketidakseimbangan Kekuasaan dan Struktur Sosial di antara Siswa: Bullying sering kali terjadi dalam konteks ketidakseimbangan kekuasaan, di mana pelaku merasa memiliki kontrol atau kekuatan atas korban. Ini bisa terjadi dalam bentuk bullying fisik, verbal, atau bahkan cyberbullying.

4. Stres dan Masalah Pribadi Siswa: Beberapa pelaku bullying mungkin mengalami stres atau masalah pribadi yang mereka ekspresikan dengan cara yang merugikan orang lain. Ini bisa menjadi reaksi terhadap ketidakmampuan mereka untuk mengatasi masalah mereka dengan cara yang sehat.

5. Kurangnya Pengawasan dan Penegakan Aturan: Lingkungan sekolah yang kurang diawasi dan diatur dapat memberi ruang bagi perilaku bullying untuk berkembang. Kurangnya penegakan aturan yang tegas juga dapat memberi sinyal kepada siswa bahwa perilaku tersebut diterima atau diabaikan.

6. Pengaruh dari Media dan Budaya Populer: Budaya populer dan media sering memperkuat stereotip dan norma yang merugikan, yang dapat mempengaruhi perilaku siswa di sekolah. Konten yang menggambarkan kekerasan atau pelecehan sering kali dianggap sebagai hal yang biasa dan dapat mempengaruhi persepsi siswa tentang perilaku yang dapat diterima.

7. Perilaku Agresif atau Tidak Terkendali dari Model Peran: Siswa juga dapat terpengaruh oleh perilaku agresif atau tidak terkendali dari figur otoritas, baik itu orangtua, guru, atau tokoh masyarakat. Ketika mereka melihat perilaku seperti itu dianggap sebagai sesuatu yang diterima atau bahkan dihargai, hal ini dapat mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan sesama.

8. Masalah Pribadi atau Emosional: Beberapa pelaku bullying mungkin mengalami masalah pribadi atau emosional yang belum terselesaikan, seperti masalah keluarga, tekanan akademis, atau masalah kesehatan mental, dan mereka mungkin menyalurkan emosi mereka dengan cara yang merugikan orang lain.

9. Budaya dan Norma Sekolah yang Tidak Sehat: Terkadang, budaya dan norma di sekolah dapat memperkuat atau bahkan mendukung perilaku bullying, membuatnya tampak biasa atau bahkan dianggap sebagai cara yang efektif untuk menunjukkan kekuatan atau dominasi

Related posts

#Mudik2024Lancar: 10 Tips Cerdas Biar Rumah Aman dan Tenang Ditinggal Mudik Lebaran

Geralda Talitha

Usia Pensiun Pekerja Naik Jadi 59 Tahun, Ini Dampaknya Mulai 2025

Geralda Talitha

Lakukan 8 Kebiasaan Ini agar Tubuh Tetap Bugar saat Jalani Puasa Ramadhan 2024

Geralda Talitha

Leave a Comment